Kamis, 28 Maret 2013

seperti gema


seperti menggema di ruang waktu
saat membentuk suatu konstelasi bintang di antara aurora
nada itu dibentuk
dari setiap do akan kuselipkan si
di setiap mi akan kuselipkan la
aku akan menggemakan nada-nada dalam ruangmu
seperti saat menunjuk planet venus pada senja
kamu adalah kiasan, untuk sebuah kata yang terngiang-ngiang sedari tadi
entah seperti apa, entah bernada apa
entah mungkin itu menunjukkan konstelasi yang mana
dan aku tetap memilih satu,
memilih satu konstelasi
memilih satu nada
untuk kugemakan ditelingamu

Sabtu, 23 Maret 2013

blame me


entah kenapa sedang ingin menumpahkan isi pikiran hari ini
tiba-tiba teringat sebuah lirik lagu yang dulu sering aku dengarkan,"what would you do when your good isn't good enough"
then perasaan itu datang kepadaku
dengan segala kecermatannya memasuki sela-sela girus di otakku.
entah, aku sedang kacau hari ini,merasa belum tepat menempatkan semua sikap, merasa selalu bersalah setiap apa yang aku lakukan, aku katakan kepada orang lain. Selalu merasa bahwa seberapa banyak aku menyakiti hati orang lain tanpa kusadari. Selalu merasa bersalah kepada setiap ucapan yang tidak pada tempatnya. Selalu merasa bersedih setiap kali selesai berbincang dengan orang lain,apalagi teman sendiri. Aku merasa bahwa apa yang aku lakukan belum cukup baik kepada mereka atas apa yang mereka berikan kepadaku,dengan mudahnya aku bisa menyakiti mereka. Hanya dengan satu kalimat atau satu kata. Aku mearasa belum melakukan apa-apa untuk membuat mereka senang berada di dekatku. Aku, entah, apa namanya, selalu merasa bahwa apa yang aku lakukan pada mereka -sebaik apapun usaha yang kulakukan- belum bisa membuat mereka cukup nyaman berada di dekatku. Aku merasa belum cukup pantas berada di dekat mereka. Then, what would I do?

Hari ini aku sadar, terlalu banyak kesalahan yang kuperbuat. Terkadang, hal itu terjadi secara tidak sadar. Begitu saja. Dan setelahnya aku hanya dirundung oleh awan hitam penyesalan. Belum bisa menemukan alasan bahwa tidak semua itu salah. Tidak semua itu harus aku pikirkan terlalu banyak. Aku belum bisa menemukan excuse buat diriku sendiri. Berkali-kali aku berkata pada Allah bahwa aku sungguh menyesal, tapi ganjal di hati tidak hilang-hilang juga. Ini masalah watakku yang mungkin tidak begitu bagus. Aku menangis atas segala salah yang mungkin kuperbuat, dan aku meminta-minta untuk semua maaf dan ampunan.

Pernah suatu hari aku ditanya oleh seorang teman,"apa kekuranganku?"
Seketika itu aku diam, berpikir, dan aku tidak menemukan jawaban. Mungkin satu atau dua pemikiran sempat tidak terlintas namun aku urung mengutarakan karna kupikir mungkin itu hanya perasaanku saja dan mungkin aku lebih buruk dari apa yang kupikirkan tentang dia. Jadi kusimpulkan, aku tidak pandai mencari kekurangan orang lain. Mungkin terdengar munafik, tapi aku ingin sekali tidak mengkritik orang lain sama sekali. Aku ingin lebih banyak becermin terhadap diriku sendiri.
"Apakah aku lebih baik dari dia ?"
"Apakah aku tidak seperti itu ?"
"Apa aku pantas megkritik dia seperti itu ?"
Kalau aku masih mendapatkan jawaban tidak. Seharusnya aku memilih untuk diam.
Namun, entah, terkadang kata-kata terlontar secara spontan dan setelahnya aku kembali pada zona hitam penyesalanku.

Sungguh, biarkan aku menangis. Biarkan aku terlihat lemah. Biarkan aku menjadi seonggok tanah liat yang terkena hujan. Aku ingin pundak itu, yang mampu mengatakan kepadaku betapa aku sudah bekerja keras, betapa tidak semua yang aku rasakan adalah kesalahanku. Membantuku mencari excuse untuk semua sifatku. Biarkan aku tau bahwa yang aku lakukan itu, cukup.