Selasa, 30 Agustus 2011

ramadhan berakhir taun ini

aku merasa cukup sedih untuk berakhirnya ramadhan tahun ini
aku bakal kangen dengan hari-hari ngumpul bareng keluarga
kangen sama pasar ramadhan
kangen sama takjil
kangen semua pernak-pernik ramdhan yang nd bakal ada di bulan lain
kangen sahur
dan kangen menikmati nikmatnya berbuka
jadi penasaran kira-kira taun depan akan seperti apa ya ramdhan-ku ?
apakah akan terasa sama seperti ini ?
atau mungkin ada sesuatu yang berbeda
aku ingin tau apakah umurku akan cukup hingga ramdhan datang taun depan ?
andai aku tau,
tapi semua hanya Allah yang tau
Ia yang telah menentukan akan sampai kapan jantungku akan berdetak

Minggu, 28 Agustus 2011

dirimu

kuasku sungguh tak kuat untuk menggambarkan dirimu,
bagaimana kau tersenyum
dan bagaimana kau menangis
sungguh kanvasku tak cukup mewah untuk melukis kehadiranmu,
ketika kau menatap
dan ketika kau termenung
apakah begitu susahnya menggambarkan keindahanmu ?

kalau kucoba dengan sedikit lagu untukmu,
apakah itu cukup ?
untuk menjadi hiasan segala gelak tawamu
apakah itu layak ?
untuk kau jadikan perisai pagi hari

sungguh aku bukanlah sang maestro dalam keseharianmu
karna kau indah
dan itu yang menjadikanku terpaut




Sabtu, 27 Agustus 2011

tegarkan

dalam deru-deru bisikan angin aku terhenyuk,
tergoda sekali lagi menggapai pilar-pilar keikhlasan yang hingga saat ini hanya bisa menggelantung dalam buih-buih ketiadaan,
pupuskah segala jari-jemari pemetik harapan itu ?
di kala desah hujan mulai berhenti,
tak juga angin itu menembus awan,
apakah ini yang dinamakan kehampaan jurang kehinaan ?
aku sungguh tak berdaya untuk sekali lagi ditampar oleh pahitnya kehancuran dan telah terjerumus untuk kesekian kali terperosok dalam relung-relung keputusasaan.
tegarkan diriku

tidak akan

aku tidak akan marah jika nanti kau melupakanku, sahabatku.
aku juga tidak akan kecewa kalau nanti kau tidak menganggap keberadaanku lagi, sahabatku.
namun aku nelangsa ketika mengetahui engkau terluka,
aku merasa tidak berguna ketika tak menyadari bahwa kau menangis,
namun aku tak pernah memaksamu untuk berbagi butir kepedihan itu denganku,
sahabat, maafkan aku yang tidak bisa selalu memberimu garansi untuk tersenyum.
sahabat, izinkan aku untuk menghirup aroma persahabatan ini di detik terakhir hidupku nanti.
aku selalu menyayangimu sahabatku.

bersyukur

sudahkah aku bersyukur hari ini ?
atas segala yang Allah berikan nafas,
kebahagiaan,
keluarga,
segalanya.
betapa aku baru tersadar bahwa aku tak pernah menyadari,
betapa Allah menyayangiku,
dengan sentuhan-Nya,
dengan teguran-Nya.
betapa diriku sungguh buruk di hadapan-Mu.
tak pantas aku mengharap surga-Mu.
Allah,
bolehkan aku untuk meminta maaf ?
masih adakah ruang untukku atas maaf-Mu ?
Ya Allah,
aku bertaubat.

untukmu

aku ingin bertanya padamu,
iya kamu.
apakah kau membenciku ?
apakah besar rasa benci itu ?
kalau kau jawab tidak,
maka aku bertanya-tanya, mengapa kau mengacuhkanku ?
kenapa kau tak pernah membalas semua perkataanku ?
aku bahkan telah kehabisan cara untuk menarik perhatianmu
tapi itu tidak mempan
maka aku mulai berhipotesa lagi,
apakah kau membenciku ?
sungguh aku tak ingin kau membenciku
tapi mengapa kau tak pernah menjawabku ?
maukah kau, menjawabnya ?

belajarlah


dalam batinku aku berderai atas segala rasa yang tak pernah bisa kuungkap,
dalam hatiku aku mengemis akan kepedihan tentang permasalahan
apa salahku hingga segala yang kurengkuh itu terasa begitu menyakitkan ?
keikhlasan ituternyata belum mencapai ubun-ubun, hingga aku sendiri masih salah menafsirkannya,
dan pada akhirnya membuatku gaman dan tidak terarah.
sungguh tidak berakal bagiku yang tak bisa untuk melangkah sedikit lagi.
apakah ini yang dinamakan sakit hati dan jatuh ?
atau hanya semu-semu angin fatamorgana ?
aku jatuh dalam kubangan air tak jernih,
merayap mencari-cari kepedihan atas siksaan itu,
aku ini sungguh bodoh,
untuk sekali lagi menatap ke sampingku, padahal tidak ada siapa-siapa,
cukup atas kebodohanku,
aku sudah merenggut trauma mendalam.
belajarlah.

semua


aku pernah melihat ilalang yang berbisik tentang sesuatu, entah apa itu.
saat aku tanya, mereka hanya melihatku dengan tampang menyedihkan.
mereka bilang itu semua tentang muramku.
dan aku pun tidak mengindahkannya.
lain waktu aku bersisihan dengan angin sore.
mereka berdebat tentang sesuatu, entah apa itu.
saat aku mencuri dengar, mereka tiba-tiba terdiam dan menatapku sinis.
mereka berkata kalau itu semua tentang murungku.
dan aku pun untuk sekali lagi tidak mengindahkannya.
di tempat lain aku bertemu sekumpulan bunga matahari yang membisu.
saat aku dekati, mereka semua merontokkan semua kelopaknya.
saat ku tanya ada apa,
mereka bilang itu semua untuk putus asaku.
dan aku tetap tidak mengindahkannya.
kini ibu lebah dan anak-anaknya mendengung terlalu pelan.
saat ku hampiri untuk menyapa, mereka menghindariku.
mereka bilang cukup untuk hari-hari menyedihkanku.
dan akupun merasa cukup untuk semua ocehan ini.
setitik air mata menemaniku saat hujan berusaha menyembunyikannya.
sang rintik berkata bahwa aku akan lebih manis saat tersenyum

aku tau namun tidak tau


aku tau,sedihku tak akan merubah rotasi bumi ini
aku tau,
tangisku tak akan membuat jupiter berada di sebelah mars
aku juga tau,
bahwa keputusasaanku tidak akan membuat merkurius menjadi planet terbesar
dan aku cukup tau,
bahwa diriku bukanlah dewa yang mengendalikan matahari
namun aku tidak tau,
bahwa kesedihanku dapat membuatmu menangis, kawan
aku tidak tau,
bahwa tangisku bisa membuatmu miris, kawan
aku juga tidak tau,
bahwa keputusasaanku yang bahkan membuatmu murung, kawan
dan aku tidak cukup tau,
bahwa kaulah yang telah menjadi penyemangatku meskipun kau bukan dewi fortuna
jadi, untuk apa aku memiliki alam jagat raya ini kalau aku diacuhkan olehmu
untuk apa aku mengendalikan seisi bima sakti kalau kau tak lagi peduli padaku
karna aku sadar, kawan
kaulah duniaku.