Selasa, 10 Januari 2012

pacaran (percobaan)

Nora's
            "Kamu mau menjadi pacarku ?"
            Omongannya seperti bercanda, " Kamu bercanda ?"
            " Tidak. Kita sudah kenal lama kan ?"
            " Tidak menurutku. Memang, kamu sudah tau semua sifatku ?"
            " Cukup tau. Jadi ?"
            " Hm..baiklah."
            Ia berdiri meninggalkanku. Kau tanya kenapa aku menerima tawarannya untuk menjadi pacar ? Karena aku ingin tau. Aku ingin tau bagaimana rasanya memiliki status itu dan aku ingin tau bagaimana rasanya jatuh cinta. Mungkin ia cukup tau sifat rasa ingin tauku yang tinggi dan mampu memanfaatkannya. Aku belajar dalam hal ini. Belajar untuk bisa mencintainya lewat status itu.
***
Haikal's
            " Kamu serius pacaran dengannya ?"
            Aku mengikuti arh pandangannya dan mengerti, " Entahlah. Kita lihat saja nanti."
            " Nggak takut reputasimu menurun ? Dia kan..."
            " Jangan sok tau."
            " Santai aja lah, Kal. Aku tau sih kamu udah sejak SMP kenal sama dia. Tapi untuk jadi pacar, kamu yakin ?"
            " Nggak usah kamu yang ribet. Toh yang punya status jadi pacarnya kan aku." Aku lalu beranjak meninggalkan temenku itu sendiri.
            Aku memang tidak tau apa yang merasukiku saat itu. Di perpustakaan itu, tiba-tiba saja pikiranku terpaut pada sosoknya yang serius membaca sebuah buku. Aku memang telah mengenalnya sejak aku SMP. Namun itu hanya sekedar tau dia seorang pemenang olimpiade matematika di sekolahku dan juga segudang prestasi akademik lainnya. Mungkin saja, aku adalah kelinci percobaannya. Karena yang ku tau, tidak ada satu pun cowo yang mendekatinya selama ini. Kita lihat saja nanti seperti apa. Yang jelas, aku serius.
***
Nora's
            Aku sengaja pulang cukup sore untuk menghindarinya melakukan hal konyol seperti yang ku lihat di pasangan lainnya. Mereka bilang itu romantis, tapi bagiku, itu hal bodoh. Untuk apa dia menunggu selama itu hanya untuk satu orang, banyak hal lain yang bisa ia kerjakan di rumah. Aku memang tidak yakin bahwa Haikal akan melakukan hal yang sama padaku. Langkahku cukup santai menuju gerbang depan walaupun hatiku cukup memburu karena penasaran. Apakah semua pasangan melakukan hal yang sama ? Artinya sang cowo menunggumu untuk pulang bersama.
            Seperti dugaanku, Haikal tidak akan melakukannya. Ia tidak berdiri seperti cowo lainnya di pintu gerbang. Well, Haikal mungkin berbeda. Aku tidak kecewa, karena aku sudah tau. Dan seperti hari-hari sebelumnya, aku menunggu di jemput. Namun satu yang aku tidak tau bahwa, Haikal datang dengan mobilnya dan menyuruhku untuk masuk.
            " Kenapa tiba-tiba kamu datang dengan mobil ? Memang ada yang tertinggal di sekolah ?"
            " Ya."
            " Yasudah, ambil gih, aku lebih baik menunggu di jemput saja."
            " Udah kok."
            Aku mengerutkan kening tanda tidak percaya sedangkan Haikal sudah menyalakan mobilnya bersiap untuk pergi.
            "Bilang sama orang rumahmu, nggak usah ngejemput."
            Aku hanya diam dan segera melakukannya. Setelah itu ia pun melaju dengan mobilnya menuju rumahku.
***
Haikal's
            Aku memerhatikannya selama seminggu ini. Kapan ia datang dan kapan ia pulang. Aku punya cara sendiri untuk melakukan hal romantis terhadapnya. Karena aku tau, ia bukan tipikal cewe yang mudah luluh oleh sesuatu yang biasa seperti menjemputnya setiap pulang sekolah atau menunggunya dengan setia di gerbang depan hingga ia pulang lalu kami pulang bersama, seperti yang dilakukan oleh pasangan lain. Aku mengerti bukan hal seperti itu yang mempan untuk cewe seperti dia. Waktu seminggu memang cukup.
            Aku tau, ia memang menghindariku setiap pulang sekolah atau mungkin dia memang hobi untuk berlama-lama di perpustakaan. Aku juga tidak akan membuang waktuku seperti orang bodoh menunggunya untuk pulang, banyak hal yang bisa kulakukan di rumah. Karena aku tau, dia akan tetap dengan setia di sana hingga tempat itu tutup.
            Sore itu setelah seminggu aku memerhatikannya aku berniat menjemputnya. Bukan untuk membuatnya tersanjung, aku hanya ingin membuktikan teoriku bahwa ia bukan sekedar hobi untuk berlama-lama di perpustakaan namun memang untuk menghindariku. Prediksiku tepat, saat aku datang ia sepertinya sedang menunggu untuk dijemput. Mungkin saja, teoriku benar. Ia tidak benar-benar ingin jadi pacarku melainkan melakukan percobaan.
***
Nora's
            Malam ini aku belajar seperti biasanya. Aku tidak mengerti maksud perkataannya tadi dan aku tidak mengerti tindakannya, kenapa ? Ah..mungkin itu hanya kebetulan saja. Mungkin saja ia baru saja pulang dari suatu tempat dan melewati sekolah, karena melihatku, ia mungkin saja ingin membuatku terkesima dengan apa yang ia lakukan. Tidak, aku tidak bisa kalah begitu saja. Aku yakin, besok-besok tidak akan terjadi hal seperti tadi lagi.
            Menurut cerita yang sering kudengar dari temanku dan juga hasil pengamatanku terhadap apa yang adikku lakukan dengan pacarnya, malam hari seperti ini biasanya si cowo akan menelpon si cewe dan mereka akan bicara panjang lebar tanpa inti dan nggak jelas sama sekali. Mungkin hanya untuk membuang waktu saja. Lantas, apa asiknya bicara tanpa arah seperti itu ? Akan lebih asik untuk baca novel atau bacaan ringan lainnya, kalau memang tidak ada kerjaan sih. Aku yakin, Haikal tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu. Untuk apa ? Untuk mengetahui dia serius ingin aku menjadi pacarnya saja tidak jelas. Mungkin saja ia ingin bermain-main denganku.
            Tugasku sudah selesai, aku luang. Yang akan kulakukan adalah membuka Yahoo Messenger. Mungkin teman penaku sedang iseng juga membukanya. Aku mendapatkan suatu permintaan pertemanan, dari sebuah e-mail beralamat Haikalputra@yahoo.com. Aku tau itu dia, entah darimana ia tau e-mailku, karena menurutku tidak ada ruginya aku menerima, aku klik Ya. Aku tinggal sebentar dulu saja, mengambil minum.
            Saat kembali, ada sebuah chatt menunggu.
            Haikal : hari minggu ada acaranya ?
            Pertanyaan klasik. Mungkin setelah ini dia akan mengajakku jalan, mungkin hanya sekedar makan siang bersama setelah itu pulang. Wasting time.
            Me : Tidak. Kenapa ?
            Haikal : ingin mengajakmu pergi, bisa ?
            Me : Ke ?
            Haikal : ada pameran robot di science centre. bagaimana ?
            Me : itu saja ?
            Haikal : dilihat nanti.
            Me : Oke
            Haikal : baiklah. jam 9 pagi.
            Me : iy
            Berakhir. Aku tidak mengerti, kenapa ia mengajakku ke science centre, bukan ke restoran atau mall. Yang kutau para pasangan biasanya mengunjungi tempat-tempat seperti itu. Dan ya, kami berkomunikasi malam ini, namun bukan lewat telepn namun chatting. Chatting singkat itu berisi, cukup. Apa memang semua pasangan seperti ini ? Menurutku tidak.
***
Haikal's
            Hari minggu ini aku tidak akan telat. Aku mengerti dia adalah orang yang on time. Alasanku mengajaknya ke science centre, memang ya aku menyukai perkembangan robot. Aku pikir mungkin ia juga akan tertarik dengan hal semacam itu dan ternyata benar. Pagi ini aku sudah rapih dan bangun lebih awal. Ada baiknya juga, aku merasa lebih segar.
            Jam 9 kurang 5 menit aku sudah tiba di rumahnya. Ia sudah siap, sudah kuduga. Pakaiannya jalannya biasa saja, skinny jeans dengan kaus dan cardigan. Rambutnya yang agak ikal ia ikat satu seperti biasa ia ke sekolah. Tidak ada yang spesial, sudah kuduga. Padahal bisa dibilang bahwa ini adalah kencan pertama kami. Kami pun akhirnya pergi ke tempat tujuan.
            Pameran robot ini memang rame. Aku melihatnya dan memerhatikan. Ia juga, sedari kami datang hingga sekarang, kami belum ada ngobrol sepatah kata pun. Aku juga tidak mengerti kenapa ia diam saja.
            " Menurutmu bagaimana pameran ini ?"
            " Pameran ini ? Rame."
            " Bukan. Tentang robot itu."
            " Oh..teknologi yang cukup maju. Hanya saja, kalau bisa menggantikan manusia, lantas, manusia akan dimana ? Para pekerja di mana ? PHK ? Tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah."
            " Sepertinya kamu tidak suka. Ini juga kan baru inovasi, masih butuh perbaikan di mana-mana."
            " Hm..aku bukan tidak suka. Hanya saja, entah seperti apa nanti saat segalanya bergantung pada robot."
            Aku diam. Tidak menimpali. Obrolan macam apa itu. Apakah memang itu yang harusnya diobrolkan oleh sepasang kekasih. Untuk dia, aku tau, dia spesial. Bukan omongan kacang yang ia harapkan dan aku mencoba. Karena sekali lagi, aku serius. Entah ia menganggap hubungan ini hanya permainan atau percobaan. Aku tidak peduli.
            Aku melihat jam tangan dan rupanya sudah masuk jam makan siang. Untuk kali ini aku bingung, apakah harus mengajaknya makan siang bersama atau tidak. Karena aku tau dia tidak akan peduli pada ajakan kacangan. Aku juga tau, kalau aku mengajaknya ia akan mengira jalan-jalan pagi ini ke science centre hanyalah kamuflase belaka.
            " Kau lapar ?" Akhirnya aku yang memulai.
            " Iya, kau ?"
            " Iya."
            " Baiklah, jadi ?"
            " Mau mampir untuk makan siang dulu atau langsung pulang ?"
            " Mampir saja."
            " Oke."
            Aku lalu membawanya ke rumah makan biasa aku makan siang. Tidak terlalu mewah, hanya saja makanan di sini enak dan murah. Kami makan dalam diam. Aku tidak bisa menerka apa yang ia pikirkan. Kuharap itu hal baik tentang ajakanku makan siang.
***
            Nora's
            Banyak hal tidak kumengerti tentang hubungan ini. Aku membiarkannya begitu saja selama sebulan. Apa yang kudapat dari hubungan ini ? Entahlah. Semua teoriku terbantah selama sebulan ini. Apa Haikal memang sengaja melakukan hal seperti ini ? Aku yakin, mungkin sebentar lagi ia akan bosan.
            Pagi itu seperti biasa Haikal menjemputku, selama ini, ia tidak pernah terlambat meskipun hanya sedetik, selalu datang di waktu yang sama. Untuk apa ? Aku juga tidak tau pasti, yang jelas, ini menjadi sebuah kebiasaan bagiku.
            Pulang sekolah juga ia tak pernah terlambat menjemputku, tetap dengan tempat yang sama dan waktu yang sama. Aku juga tidak tau pasti apa alasannya, mungkin untuk membuatku terkesan dan luluh. Yang jelas, ini menjadi kebiasaan bagiku.
            Namun sore ini berbeda. Ia ada di perpustakaan bersamaku. Entah untuk apa, ia hanya membaca sebuah novel ringan yang sudah pernah kubaca.
            " Ada hal penting."
            Pasti soal minta putus, " Apa ?"
            " Alur."
            " Lantas ?"
            " Selesai ?"
            Ia menatapku dalam, aku hanya melihatnya sejenak dan kembali ke bacaanku lagi, " Baiklah."
            Sudah kuduga, lama-lama ia akan bosan juga. Mungkin cukup pelajaran bagiku selama sebulan ini tentang pacaran. Setelah ini mungkin ia akan berkata, terima kasih untuk selama ini dan lain sebagainya seperti di sinetron.
            Tapi itu salah. Ia pergi begitu saja.  Seperti saat pertama ingin memulai sebuah hubungan yang bernama pacaran denganku, di tempat yang sama. Hanya saja, saat ini entah apa yang terjadi, aku merasa, sepi.
***
Haikal's
            Aku memutuskan untuk menghentikan hubungan ini dengannya. Bukan karena aku tidak menyukainya lagi atau aku menyerah untuk meluluhkan hatinya. Aku hanya ingin memberikan satu lagi pelajaran berharga untuknya tentang hubungan ini. Aku hanya ingin ia mengerti dan paham tentang percobaan yang mungkin ia lakukan selama ini. Bukan maksudku untuk sok romantis, hanya saja, karena aku serius maka aku ingin ia tau.
            Pemutusan hubungan itu singkat dan tidak spesial. Aku juga tidak berusaha hal itu terlihat seperti di film-film, karena aku tau, dia seorang aktris luar biasa yang tidak mempan dengan adegan kacangan. Maka aku memperlihatkan proses yang biasa saja dan tidak seperti yang lainnya. Itu selesai.
***
Nora's
            Sosoknya benar-benar hilang dari kehidupanku. Aku bahkan jarang melihatnya di sekolah. Tidak mungkin ia akan pindah sekolah, tapi ada satu titik yang berbeda, aku mencari sosoknya. Aku tidak mengerti kenapa. Hanya saja, melihatnya masih bernapas itu membuatku lega. Ini pelajaran yang tidak aku dapatkan saat aku memiliki status itu dengannya.
            Satu bulan. Itu waktu yang cukup lama. Namun, kebiasaan yang dulu pernah ia lakukan padaku masih berbekas. Dengan segala chatt-nya atau dengan jemputannya. Hal-hal kecil yang tidak biasa namun sekarang aku merasa ada lubang besar di saat segala jadwal itu hilang.
            Sore itu aku pulang lebih cepat dan tidak seperti biasanya. Aku melihatnya, di parkiran mobil. Bersama seorang cewe. Biasa saja. Itu haknya, mungkin saja, ia akan menyatakan cinta pada cewe itu atau sebaliknya. Klasik. Namun, entah kenapa rasa ingin tau ku melenjit tinggi. Aku mengalah pada nalarku dan aku mendekati mereka diam-diam, hanya untuk curi dengar.
            " Kal, sebenarnya, aku udah lama suka sama kamu. Kamu, mau jadi pacarku nggak ?"
            Sudah kuduga. Benar. Klasik. Mungkin Haikal juga akan menerimanya.
            " Hm..kenapa ?"
            " Maksudnya ?"
            " Kenapa kau suka padaku ?"
            " Karena..kamu berbeda dari yang lain."
            " Berarti, kamu sudah pernah dengan yang lain ?"
            " Bukan begitu, hanya saja kamu terlihat berbeda."
            " Oh.."
            " Jadi ? "
            " Hm..
            Entah apa yang terjadi padaku, namun aku spontan menutup telinga dan berlari menjauh. Hanya saja, ada bagian di otakku yang melarangku untuk mendengarnya. Entah kenapa.
***
Haikal's
            Gadis itu, Sera, menyatakan cinta padaku tiba-tiba saat aku hendak pulang. Hanya saja, aku tidak terpukau dengan alasan dan caranya. Berbeda. Berbeda dengan Nora. Aku yakin, mungkin tidak ada sedikitpun pernah terpikir oleh Nora tentang hal-hal seperti ini, maka jawabanku untuk Sera jelas, tidak. Aku masih menunggu Nora untuk mengerti, aku menunggunya untuk tau bahwa aku serius. Apa mungkin dengan aku memutuskan hubungan dengannya itu merupakan langkah yang salah. Entah, namun itu sudah terjadi.
***
            Nora's
            Aku pulang larut lagi, seperti biasanya. Tadi di perpustakaan aku mendengar sedikit tentang Haikal yang terkena hukuman dan juga pulang larut. Namun satu yang membuatku merasakan ada getaran aneh yang dikirimkan otakku, cewe yang membicarakan hal itu denga temannya sebenarnya sedang menunggu Haikal pulang. Ia ingin menyatakan cinta pada Haikal, lagi. Aku tau, cewe itu adalah cewe yang sama dengan yang kemarin, maka aku mendapatkan kesimpulan bahwa Haikal telah menolaknya kemarin. Mungkin hari ini hari yang baik, maka kemungkinan ia diterima oleh Haikal bisa 80%.
            Segala kenyataan itu membuatku masuk ke jurang. Segala kemungkinan itu. Semuanya. Entah kenapa ada rasa yang aneh. Ada rasa seperti saat kau berpisah dengan keluargamu, padahal baru bertemu sebentar. Rasa ini membuatku menitikkan air mata tanpa sadar. Aku segera mengusapnya. Memalukan sekali. Cewe itu keluar dari perpustakaan, dan entah apa yang terjadi padaku, aku mengikutinya. Bukan karena ingin tau tentang aksi menembak yang akan ia lakukan. Hanya saja, aku ingin tau, segala kemungkinan itu.
            Cewe itu mendekati Haikal di parkiran, sama seperti kemarin. Haikal tampak kasihan. Aku..aku..entah apa yang terjadi, aku berlari mendekati mereka.
***
Haikal's
            Sore itu aku pulang larut karena hukuman. Aku terlambat datang pagi ini, mungkin karena bangun kesiangan. Namun saat aku pulang, gadis itu, Sera, menghampiriku lagi. Entah apa yang akan ia lakukan lagi.
            " Haikal, kamu mau nggak memikirkannya lagi ?"
            Mukanya sungguh kasihan, atau memang ia buat kasihan, " Aku.."
            " Percobaan saja, 1 minggu mungkin."
            Aku sungguh bingung harus berkata apa. Namun derap langkah cepat tiba-tiba datang dan membuatku dan Sera menoleh ke arah itu. Ia berlari, Nora. Semakin dekat, entah ada apa. Tiba-tiba ia memelukku. Erat sekali. Aku bingung. Yang pasti, ia menangis.
            " Aku kehilangan."
            Suaranya terdengar parau. Sera melihatnya dengan muka bingung dan mungkin ia cepat mengerti, tanpa menunggu jawabanku atas pertanyaannya, ia sudah berlari meninggalkanku dengan derai air matanya, seperti yang ada di film-film. Klasik. Namun yang tidak aku duga, Nora. Ia tetap tidak melepas pelukannya. Ya. Ia sudah mengerti.
            " Kamu sudah mengerti ?"
            " Iya. Ini pelajaran yang tidak aku dapatkan selama kita punya status itu."
            " Pelajaran apa itu ?"
            " Kehilangan."
            " Dan..?"
            " Aku masih butuh pelajaran lain."
            " Baiklah."
            Ia lalu melepaskan pelukannya namun tidak menatapku.
            " Kita pulang."
            Ia hanya mengangguk dan masuk ke mobil. Aku tau ia akan paham, karena ia cerdas, hanya saja selama ini ia hanya menyembunyikannya dan selalu menyangkalnya, namun aku tau, ia paham.
***
Nora's
            Satu yang kupahami kini, cinta itu bukan suatu percobaan. Bukan suatu permainan dan terkadang di luar logika. Aku mengerti sekarang, bahwa sebenarnya, aku mencintainya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar